Kejadian2:1-3 (TB) Sejak kurang lebih 6,000 tahun yang lalu, Tuhan sendiri sudah membuat hari Sabat. Bisa kita simpulkan bahwa hari Sabat itu sangatlah penting. Karena Tuhan sendiri yang memerintahkannya. Saya yakin, Adam dan Hawa juga memelihara hari Sabat ketika mereka ada di taman Eden.ArticlePDF AvailableAbstractThe LGBT phenomenon is increasingly spreading among the wider community. The existence of social media allows everyone to access information quickly and easily. The church, which is directly related to the social environment, also takes an attitude towards this phenomenon. There are many different attitudes raised by a particular church or denomination. Therefore, this paper aims to find out carefully about the Bible's view of LGBT as the basis for forming a Christian ethical paradigm. The result of this research is that LGBT acts are a sin in God’s view. God does not want people to commit LGBT acts. But on the other hand, as an agent that embodies the application of God's love, the church is required to continue to follow LGBT people and provide faith formation and preventive measures to the congregation. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Jurnal Teologi JUTEOLOG Vol. 1 No. 1 December 2020 Jurnal Teologi JUTEOLOG e-ISSN 2775-4006 p-ISSN 2774-9355 LGBT dalam Perspektif Alkitab Sebagai Landasan Membentuk Paradigma Etika Kristen terhadap Pergaulan Orang Percaya Christian Bayu Prakoso1 Aji Suseno2 Yonatan Alex Arifianto3 Sekolah Tinggi Teologi Baptis Indonesia, christianbayu Recommended Citation Turabian 8th edition full note Christian Bayu Prakoso, Yonatan Alex Arifianto, and Aji Suseno, “LGBT Dalam Perspektif Alkitab Sebagai Landasan Membentuk Paradigma Etika Kristen Terhadap Pergaulan Orang Percaya,” Jurnal Teologi JUTEOLOG 1, no. 1 December 29, 2020 1, accessed August 6, 2021, American Psychological Association 7th edition Prakoso et al., 2020, p. 1 Received 28 November 2020 Accepted30 November 2020 Published29 December 2020 This Article is brought to you for free and open access by Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Yogyakarta. It has been accepted for inclusion in Christian Perspectives in Education by an authorized editor of Jurnal Teologi JUTEOLOG. For more information, please contact juniorichson1995 Christian Bayu Prakoso, Aji Suseno, Yonatan Alex Arifianto Jurnal Teologi JUTEOLOG Vol. 1 No. 1, December 2020 Abstract The LGBT phenomenon is increasingly spreading among the wider community. The existence of social media allows everyone to access information quickly and easily. The church, which is directly related to the social environment, also takes an attitude towards this phenomenon. There are many different attitudes raised by a particular church or denomination. Therefore, this paper aims to find out carefully about the Bible's view of LGBT as the basis for forming a Christian ethical paradigm. The result of this research is that LGBT acts are a sin in God‟s view. God does not want people to commit LGBT acts. But on the other hand, as an agent that embodies the application of God's love, the church is required to continue to follow LGBT people and provide faith formation and preventive measures to the congregation. Keywords LGBT, Christian Ethic. Abstrak Fenomena LGBT kian menyebar di kalangan masyarakat sosial media membuat setiap orang dapat mengakses informasi dengan cepat dan yang berhubungan langsung dengan lingkungan sosial turut mengambil sikap terhadap fenomena banyak perbedaan sikap yang dimunculkan oleh gereja atau denominasi sebab itu, tulisan ini bertujuan untuk menggali dengan seksama tentang pandangan Alkitab terhadap LGBT sebagai landasan membentuk paradigm etika dari penelitian ini adalah tindakan LGBT adalah dosa di hadapan tidak menghendaki manusia untuk melakukan tindakan LGBT. Namun di sisi lain, sebagai agen yang menjadi wujud penerapan kasih Allah, gereja dituntut untuk tetap mengasihi kaum LGBT dan memberikan pembinaan iman dan langkah preventif kepada jemaat. Kata Kunci LGBT, Etika Kristen PENDAHULUAN LGBT Lesbian, Gay, Biseksual and Transgender pada ada zaman ini, santer menjadi bahan pembicaraan itu dapat dilihat dari berita yang muncul baik melalui media cetak maupun LGBT semakin meluas seirama dengan dilegalkannya pernikahan sejenis di Negara Amerika Serikat. Seperti yang dilansir oleh Mahkamah Agung Amerika legalkan Pernikahan Sejenis WSJ 2015, Taiwan Negara Asia Pertama Legalkan Pernikahan SejenisKoagouw 2019, dan Pesta Seks Sesama Jenis, tiga pria digrebek Polisi di Surabaya Faizal 2018. Cikal bakal lahirnya gerakan ini adalah pembentukan “Gay Liberation Front” GLF di London tahun 1970. Gerakan ini terinspirasi dari gerakan pembebasan sebelumnya di Amerika Serikat tahun 1969 yang terjadi di Stonewall Spencer 2011447. Pada akhir tahun 1960-an, gerakan LGBT mulai berkembang melalui kegiatan organisasi yang dilakukan oleh kelompok wanita transgender, atau yang kemudian dikenal sebagai waria atau banci. Christian Bayu Prakoso, Aji Suseno, Yonatan Alex Arifianto Jurnal Teologi JUTEOLOG Vol. 1 No. 1, December 2020 Mobilisasi kaum gay dan lesbian terjadi pada tahun 1980-an, melalui penggunaan media cetak dan pembentukan kelompok-kelompok kecil di seluruh Indonesia. Mobilisasi ini semakin berkembang pada tahun 1990-an, termasuk pembentukan berbagai organisasi di lebih banyak tempatUSAID-UNDP 20144. Sedangkan Kaum LGBT dengan orientasi dan identitas homoseksual muncul di kota-kota besar di Indonesia pada awal abad ke-20. Homoseksualitas merupakan penyimpangan seksual yang semakin merebak terjadi dewasa ini, termasuk pelakunya adalah orang Kristen Tolanda and Ronda 2011. Homoseksualitas kini tidak lagi hanya dipahami sebagai bentuk perilaku melainkan sebagai suatu bentuk orientasi seksual yang muncul di luar kehendak manusia Halim 2017 Gereja yang terintegrasi dengan kehidupan bermasyarakat pun juga ikut terdampak dengan keberadaan kaum LGBT. Hal ini terjadi oleh karena adanya berbagai kegiatan komunitas LGBT yang semakin berani menampakkan eksistensinya di tengah kehidupan bermasyarakat. Perkembangan homoseksual semakin melaju pesat oleh karena perkembangan teknologi, khususnya platform media sosial. Platform sosial media dirasa aman oleh kaum LGBT karena dapat menyembunyikan identitas platform sosial media yang digunakan di antaranya whatsapp, twitter, line, instagram, dan platform-platform spesifik untuk kaum LGBT. Karakteristik seseorang sangat dipengaruhi oleh budaya yang sedang saat ini, manusia hidup di sebuah era yang dinamakan era digital. Berdasarkan data dari situs Hootsuite, masyarakat Indonesia yang menggunakan internet sampai dengan Januari 2020 adalah sebesar 174,5 juta orang 64 %. Sedangkan, pengguna media sosial di Indonesia ada di angka 160 juta pengguna 59%.Bahkan, oleh karena adanya pandemi covid-19 ini, data Bulan April menunjukan adanya peningkatan penggunaan media sosial yang cukup internet dapat menjadi media penyebaran pengaruh LGBT. Respon gereja sangatlah satu yang cukup menggemparkan adalah munculnya sikap PGI Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia telah mengeluarkan sikap terhadap keberadaan kaum homoseksualitas. Dalam poin 6 PGI menyampaikan pesan sebagai berikut “Berkenaan dengan LGBT, Alkitab memang menyinggung fenomena LGBT, tetapi Alkitab tidak memberikan penilaian moral-etik terhadap keberadaan atau eksistensi mereka. Alkitab tidak mengeritisi orientasi seksual seseorang. Apa yang Alkitab kritisi adalah perilaku seksual yang jahat dan eksploitatif yang dilakukan oleh siapa pun, termasuk yang dilakukan kaum heteroseksual, atau yang selama ini dianggap „normal‟.PGI 2016Dan atas Christian Bayu Prakoso, Aji Suseno, Yonatan Alex Arifianto Jurnal Teologi JUTEOLOG Vol. 1 No. 1, December 2020 pertimbangan itulah pada poin 12 PGI menyampaikan pesan sebagai berikut PGI menghimbau agar gereja-gereja, masyarakat dan negara menerima dan bahkan memperjuangkan hak-hak dan martabat kaum LGBT. Kebesaran kita sebagai sebuah bangsa yang beradab terlihat dari kemampuan kita menerima dan menolong mereka yang justru sedang mengalami diskriminasi dan ketidakadilan PGI 2016, dan hal itu membuat homoseksual dianggap sebagai suatu hal yang wajar dan tidak berdosa Halim 2017. Tubuh, seks, jenis kelamin, dan kepuasan seksual, pada dasarnya diciptakan Allah sangat baik, mulia dan suci dan dengan tujuan yang baik, dan ini juga merupakan gambar Allah. Akibat kejatuhan manusia pertama kedalam dosa maka gambar Allah menjadi rusak, sehingga Tubuh, seks, jenis kelamin, kepuasan seksual kehilangan peranannya. Banyak penyimpangan seksual yang berkembangan saat ini, dan sudah sangat meresahkan di dalam masyarakat Purnama and Tarigan 2011. Melihat fenomena di atas, tulisan ini berusaha melihat fenomena LGBT dalam prespektif Alkitab yang adalah Firman Allah, otoritas tertinggi dalam menentukan sebuah tindakan atau etika Kristen. Sebab Dalam ajaran Kristen yang dominan diyakini umat, perilaku homoseksual adalah sebuah dosa dan benar-benar mendukakan hati Tuhan Subekti, Triwijati, and Mulya 2020. METODE Penelitian dalam paper ini menggunakan penelitian pustaka dengan pendekatan kualitatif deskriptif Zaluchu 2020, Langkah pertama, penulis menjelaskan tentang sejarah homoseksual. Kemudian, penulis menggali ayat-ayat Alkitab yang berbicara mengenai LGBT. Terakhir penulis akan menunjukan implikasi pandangan Alkitab tetang LGBT terhadap pembentukan etika Kristen. Penulis akan memanfaatkan berbagai sumber, seperti Alkitab, buku, jurnal, tafsiran, dan artikel ilmiah untuk mendapatkan data yang lengkap. Hal tersebut dilakukan untuk memperkaya kajian yang dilakukan oleh penulis. PEMBAHASAN Seks di dalam Alkitab Pada umumnya setiap orang memiliki persepsi atau pandangan yang berbeda-beda mengenai arti dan seks itu sendiri. Tulus Tu‟u menguraikan 3 pandangan yang salah atau negatif terhadap seks, yaitu sebagai berikut 1Seks dianggap sebagai dorongan jasmani saja, artinya dorongan itu bagaikan rasa lapar dan rasa haus. Makan dan minum memang penting, Christian Bayu Prakoso, Aji Suseno, Yonatan Alex Arifianto Jurnal Teologi JUTEOLOG Vol. 1 No. 1, December 2020 demikian pula soal seks. 2Seks sering dianggap sebagai hal yang kotor dan tabuh. Dengan kata lain bagi kelompok ini, soal seks tidak boleh diotak-atik karena itu banyak keluarga tidak paham mengenai seks.3 Seks dilihat hanya dari aspek kenikmatan saja yaitu memperlakukan seks sebagai alat pemuas nafsu Tu‟u 19989–11. Berdasarkan pemaparan di atas menunjukan bahwa sejatinya manusia tidak dapat dipisahkan terhadap seks, karena seks melekat di dalam manusia. Namun, manusia seringkali salah memaknai seks tersebut. Anggapan tentang seks di atas sudah tentu bertentangan dengan pandangan Alkitab secara benar. Dalam hal ini “Alkitab memang bukan buku pedoman tentang seks, tetapi Alkitab memberikan suatu pengertian yang benar tentang seks. Selain itu Alkitab memberikan informasi tentang siapakah kita sebenarnya, apa arti seksualitas, dan mengapa Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan”Richards 198660. Akan tetapi Alkitab tidak memandang bahwa seks merupakan suatu hal yang kotor dan hina terlebih dosa, namun sebaliknya seks adalah sesuatu yang suci dan agung yang bersumber dari Allah dan dianugrahkan kepada manusia. Dalam hal ini harus dipahami bahwa seks dalam perkawinan itu adalah baik dan indah. Seks dalam perkawinan merupakan salah satu pengikat cinta kasih yang sempurna dari anugrah Allah di antara laki-laki dan perempuan suami istri Abineno 201114. Allah menciptakan laki-laki dan perempuan dengan sempurna dalam soal seks, sebelum kejatuhan manusia dalam dosa. Oleh karena itulah Allah berfirman bahwa “sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” Kej 2224; Ef 531. “Pernikahan haruslah antara satu laki-laki dan satu perempuan”Anon 2008. Kaum LGBT dapat beralasan bahwa hasrat seksual muncul dengan sendirinya tanpa ada yang di dalam Alkitab, Allah tidak pernah menciptakan hasrat homoseksual. Selanjutnya, Allah tidak mengatakan bahwa hasrat homoseksual adalah sesuatu yang baik Frame 2008809. Firman Tuhan menjelaskan bahwa kepuasan seksual dibenarkan jika kepuasan seksual itu direalisasikan antara satu laki-laki dan satu perempuan dalam ikatan pernikahan Ibr. 134 Eveline 2019. Dalam Kejadian 11-2a, menekankan hakekat seksualitas adalah baik karena merupakan bagian yang berkesinambungan dari seluruh ciptaan Allah yang dikatakan sungguh amat baik Tolanda 2011137. Nats Alkitab tentang penciptaan menitikberatkan bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk diciptakan sebagai laki-laki dan perempuan dan dalam perbedaan seks itu mereka mencerminkan Allah “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; Christian Bayu Prakoso, Aji Suseno, Yonatan Alex Arifianto Jurnal Teologi JUTEOLOG Vol. 1 No. 1, December 2020 laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka” Kejadian 127. Hal mengarah kepada pemahaman bahwa seksualitas tidak hanya tentang sesuatu yang baik, melainkan juga mencitrakan kesucian dan kekudusan Allah Borrong 20062. LGBT dalam Prespektif Alkitab Alkitab adalah firman Allah yang mampu memberikan penerangan kepada setiap orang yang percaya dalam pengambilan sebab itu, dalam mengkaji kebenaran dan yang dikatakan Alkitab tentang LGBT, langkah dasar adalah melakukan penggalian dari Alkitab itu dalam Alkitab, terdapat beberapa yang membahas tentang dosa ini. Jadi, dengan kata lain, dapat dikatakan LGBT sudah ada sejak zaman dahulu. Berikut ini adalah beberapa ayat dalam Alkitab yang dapat memberikan pandangan atau paradigma Kristen tentang LGBT Kisah Sodom dan Gomora Kejadian 195 Mereka berseru kepada Lot "Di manakah orang-orang yang datang kepadamu malam ini? Bawalah mereka keluar kepada kami, supaya kami pakai mereka." ITB. Kata “yada” dalam adalah tentanghubungan seksual sesame jenis 41; 198. Dari Kejadian 19, jelaslah bahwa konteks dari cerita tersebut adalah „yada‟ yang dipakai ketika Lot menawarkan anak gadisnya jelas berhubungan erat dengan tindakan seksual dan tidak ada alasan untuk berbeda penafsiran Feinberg and Feinberg 2010314. Dalam Kitab Yehezkiel 1649-50 49 juga dikatakan “Lihat, inilah kesalahan Sodom, kakakmu yang termuda itu kecongkakan, makanan yang berlimpah-limpah dan kesenangan hidup ada padanya dan pada anak-anaknya perempuan, tetapi ia tidak menolong orang-orang sengsara dan miskin. Mereka menjadi tinggi hati dan melakukan kekejian di hadapan-Ku; maka Aku menjauhkan mereka sesudah Aku melihat ini menimbulkan keluh kesah bagi banyak orang, sebab hubungan seksual sejenis ini, merupakan penyimpangan dari kebenaran Firman Allah Lase 201462. Lebih lanjut, dalam Yehezkiel 1647-50 terdapat kata keji yang diterjemahkan „to‟ebah dalam Bahasa Ibrani Deyoung 201532. Kekejian pada ayat 50 adalah sebuah dosa tersendiri yang tidak dapat dipisahkan dari ayat tersebut juga digunakan dalam Imamat 1822 dan 2013 dimana seorang laki-laki bersetubuh dengan laki-laki dan perempuan dengan perempuan. homoseksual adalah hubungan seks yang tidak wajar, Christian Bayu Prakoso, Aji Suseno, Yonatan Alex Arifianto Jurnal Teologi JUTEOLOG Vol. 1 No. 1, December 2020 pengumbaran hawa nafsu yang memalukan, dan tidak mendapat bagian di dalam kerajaan Allah Tolanda and Ronda 2011. Hukum dalam Imamat Imamat 1822; 2013 mengatakan “Janganlah engkau tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, karena itu suatu kekejian.” ITB Frasa “tidur dengan bersetubuh seperti dengan perempuan” jelas adalah dosa dan kekejian di mata Allah. Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa itu hanya seremonial bukan moral. Namun, jika ini tidak dianggap masalah moral, maka dosa pemerkosaan di ayat 6 dan persembahan berhala juga tidak dapat dianggap dosa, karena berada dalam kitab yang mengatur masalah seremonial. Francis Brown juga menterjemahkan kata “bersetubuh” dengan “melakukan hubungan seksual” dalah dosa Brown 1907. Gordon Fee mendaftarkan syarat-syarat untuk teks teks Alkitab yang harus dipandang sebagai masalah budaya atau sebagai sebuah prinsip yang kekal, salah satunya adalah masalah moral adalah hal prinsip yang berlaku sepanjang waktu. Selain itu, jumlah kata te‟obah yang seringkali muncul, yaitu empat puluh tiga kali dalam Kitab Yehezkiel dan enam puluh delapan kali dalam seluruh Kitab Perjanjian Lama sangat berkaitan erat dengan dosa-dosa yang teramat berat Gagnon 2001117–20. LGBT dalam Pandangan Paulus Roma 127 berbunyi “Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka.” Pemikiran Paulus bermula dari ayat 18 tentang murka Allah terhadap kefasikan manusia. Paulus melanjutkan bahwa kefasikan itu menyebabkan mereka menggantikan Allah dengan gambaran lain alias penyembahan berhala. Kekacauan dalam orientasi hidup menyebabkan kekacauan dalam orientasi perilaku seksual mereka ayat 24-28 dan selanjutnya kekacauan dalam hubungan sosial mereka, yang berakhir dengan pembunuhan 29-31. Dosa penyembahan berhala dapat menyebabkan dosa homoseksualitas. Jadi Paulus tidak semata-mata mengutuk penyembahan berhala, tetapi juga homoseksualitas dan dosa terhadap sesama. Perilaku homoseksual pada hakekatnya adalah dosa, bukan karena siapa yang melakukannya atau apa yang menjadi motivasinya, melainkan karena tindakan tersebut dapat Christian Bayu Prakoso, Aji Suseno, Yonatan Alex Arifianto Jurnal Teologi JUTEOLOG Vol. 1 No. 1, December 2020 menjadi penggantian yang menindas kebenaran dan berlawanan dengan rancangan Allah yang baik Deyoung 2015 Frasa “yang tak wajar” yang berlawanan dengan nature menggunakan bahasa Yunani para physin yang secara umum dikenakan untuk bentuk-bentuk penyimpangan seksual. Bahkan Kebobrokan moralitas seksual dari kehidupan jemaat Korintus yang amoralitas dan sembarang, masih terjadi sampai era postmodern ini, seperti pelacuran, inses hubungan seksual dengan saudara kandung, dan homoseksual Tampenawas 2020. Larangan Paulus dalam 1 Korintus 69 “Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci malakoi, orang pemburit ἀρζενοκοῖηαι ITB. Hays, sebagaimana dikutip oleh Ben Wittherington III, mengatakan bahwa memang benar kata “malakoi” banci digunakan kepada pasangan laki laki muda dalam konteks pelacuran homoseksual I 1995166 Namun, adalah salah jika berdasarkan ayat ini, seseorang menilai bahwa Paulus hanya mengutuk homoseksual dalam konteks pelacuran saja kepada yang lebih muda. Dalam Roma 126-28 membuktikan dengan jelas bahwa Paulus mengutuk hubungan wanita dengan wanita. Artinya, Paulus mengutuk segala jenis homoseksual di dalam semua suratnya. Guenther Haas mengakui bahwa budaya homoseksual demikian memang tren masa Paulus. Paulus juga menyebutkan adanya homoseksual jenis lain yaitu antar wanita di ayat 25. Jadi sebenarnya Paulus memaksudkan homoseksual bukan hanya secara khusus menunjuk pada laki dewasa dengan lelaki lebih muda, tetapi homoseksual secara umum, khususnya di Roma 125- 20. Kemudian, di samping itu dalam ayat I Timotius 110 bagi orang cabul dan pemburit bagi penculik, bagi pendusta, bagi orang makan sumpah dan seterusnya segala sesuatu yang bertentangan dengan ajaran sehat ITB. Kata pemburit ἀρζενοκοίηαι kata dasar andrapodistes mengandung makna “orang yang berbohong dengan laki-laki seperti dengan perempuan, sodomi, homoseksual. Paulus juga menggunakan kata ἀρζενοκοῖηαι yang hampir sama dengan Imamat 1822 dan 203 Haas 2000. Perbandingan antara 1 Kor 69 dan 1 Tim 110 I Kor. 69; μὴ πλανᾶζθε οὔηε πόρνοι οὔηε εἰδλολάηραι οὔηε μοιχοὶ οὔηε μαλακοὶ οὔηε ἀρζενοκοῖηαι BGT I Tim. 110 πόρνοι ἀρζενοκοίηαι ἀνδραποδιζηαῖ ψεύζηαι ἐπιόρκοι, καὶ εἴ ηι ἕηερον ηῇ ὑγιαινούζῃ διδαζκαλίᾳ ἀνηίκειηαι BGT Christian Bayu Prakoso, Aji Suseno, Yonatan Alex Arifianto Jurnal Teologi JUTEOLOG Vol. 1 No. 1, December 2020 Jadi Paulus mengutuk semua jenis homoseksual. Kesamaan kata yang dipakai Paulus dengan Imamat menunjukkan Paulus memaksudkan homoseksual secara umum sebagaimana makna itu terdapat dalam Imamat juga. Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa ayat-ayat Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa homoseksualitas merupakan suatu kekejian di mata Allah. Sebagai anak-anak Allah kita hendaknya menolak dan terus memagari gereja kita dengan pengajaran yang tepat dan benar sesuai dengan alkitab. Baik Perjanjian Lama ataupun Perjanjian Baru mengatakan pandangan yang sama bahwa homoseksual tidaklah berkenan di mata Allah. Dari ulasan di atas, kondisi konteks saat itu menjadi sangat penting untuk memahami teks Alkitab. Teks tidak dapat dipisahkan dari yang namanya konteks. Karena konteks akan selalu mengikuti arti sebuah teks. Artinya untuk menjawab tantangan persoalan yang ada, hendaknya kembali diuji oleh Alkitab itu sendiri. Implikasi terhadap Paradigma Etika Kristen Etika adalah suatu ilmu yang mendalami tentang baik buruk dalam pemikiran, perkataan, dan perbuatan manusia atau secara sederhana yaitu ilmu tentang perilaku manusia Borrong 2006. Adapun masalah-masalah yang dibahas dalam teori etika lebih mengarah kepada hal praktis yang bersentuhan dengan kehidupan sehari-hari Geisler and Feinberg 200224. Sedangkan etika Kristen bertitik tolak dari presuposisi-presuposis tentang Allah, serta memandang moral bersumber dari kepercayaan terhadap etika Kristen adalah sebuah pemikiran dan tindakan yang melandaskan seluruh praktek moralnya dari Alkitab. Dari pemaparan di atas, masalah LGBT bukanlah masalah yang kecil,melainkan masalah yang serius. Gereja tidak dapat menutup mata dan hanya berbicara tentang doktrin tanpa mendarat kepada kehidupan praktikal yang berkembang saat ini. Sikap-sikap yang hendaknya diambil oleh gereja sebagai tubuh Kritus dalam hal menyikapi dosa LGBT yaitu sebagai berikut Mengasihi Pribadinya Kaum LGBT merasakan kecemasan yang mendalam oleh karena stigma negatif dari masyarakat Rakhmahappin and Prabowo 2014. Kondisi lain yang dihadapi oleh kaum LGBT adalah terjadinya ketidakseimbangan konsep diri atau memiliki konsep diri yang negative Azizah 2013. Oleh sebab itu, Gereja hendaknya tidak melakukan penolakan terhadap pribadi “orangnya”, melainkan menerima orang-orang tersebut dalam rangka Christian Bayu Prakoso, Aji Suseno, Yonatan Alex Arifianto Jurnal Teologi JUTEOLOG Vol. 1 No. 1, December 2020 membimbing dan membawanya kepada kebenaran berdasarkan Alkitab. Meskipun Alkitab mengatakan bahwa LGBT merupakan kekejian dan sesuatu yang negatif, gereja harus mampu menjadi agen yang dapat membawanya kembali ke jalan yang benar. Dengan lebih spesifik dapat dikatakan bahwa gereja harus menolak segala bentuk tindakan diskriminasi dan kekerasan terhadap kaum LGBT Meyer 2012849. Segala tindakan homophobia, lesbophobia, biphobia maupun transphobia harus dihindari oleh gereja. Gereja harus menyadari tugas dari eksistensinya yakni ada untuk manusia yang sesat, tidak peduli bagaimanapun keadaannya, termasuk bagaimana orientrasi seksual mereka Jatmiko 2016. Namun, gereja tidak dapat mentolerir dosa yang hal ini, gereja harus berdiri di atas garis yang tegas bahwa dosa LGBT adalah kekejian di mata tersebut penting ditekankan kepada jemaat yang mengalami dosa LGBT. Melakukan Pembinaan Iman “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup , yang kudus dan yang berkenan kepada Allah itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Roma 121-2.Melalui ayat di atas, gereja harus percaya bahwa terdapat kesempatan untuk setiap orang bertobat dan mengasihi sebab itu gereja perlu melakukan serangkaian pembinaan iman yang terstruktur mulai dari penggalian permasalahan hingga sampai pendalaman Alkitab. Solusi untuk jemaat yang mengalami dosa adalah bertobat dan membangun komitmen yang kuat di hadapan Allah Purba 2016. Bertobat adalah langkah awal sekaligus bentuk penyadaran kepada yang bersangkutan bahwa apa yang dilakukannya adalah dosa. Ada dua unsur yang terkandung dalam pertobatan, yaitu dari Allah II dan respon manusia. Dari sisi Allah, Ia menghendaki semua manusia bertobat. Kis. 531,32 ; 1118. Melalui anugrahNya, Allah memberikan kepada manusia kesempatan untuk bersekutu denganNya, sehingga ia dapat bertobat. Dari sisi respon manusia, ia harus mengetahui dan menyadari keadaannya sendiri yang telah berdosa serta akibat dari dosa. Orang yang mengalami dosa LGBT adalah orang yang tidak sempurna dalam menyadari anugerah keselamatan yang Allah berikan melalui Yesus Kristus. Atau sebaliknya, kaum LGBT merasa anugerah yang diberikan Allah secara cuma-cuma tidak mengandung Christian Bayu Prakoso, Aji Suseno, Yonatan Alex Arifianto Jurnal Teologi JUTEOLOG Vol. 1 No. 1, December 2020 sebuah 226 “iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.”Hal ini tidak berarti Allah menuntut angka kekudusan tertentu agar kita diselamatkan, melainkan seseorang dibenarkan hanya oleh karena iman melalui anugerah dalam Kristus Yesus pasti membuat manusia Allah bukanlah anugerah yang murahan. Bonhoeffer berkata, anugerah murahan adalah pemberitaan pengampunan tanpa menuntut pertobatan, baptisan tanpa disiplin gereja, Perjamuan Kudus tanpa pengakuan dosa, pengakuan dosa tanpa pengakuan dosa pribadi Bohoeffer 196947. Di sisi lain, kerja sama antara gereja dan keluarga juga harus berjalan beriringan. Gereja akan mengalami kesulitan juga orang-orang terdekat yaitu keluarga tidak mendukung pembinaan iman. Amsal 226 “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.”Orang tua perlu memperhatikan tugas dan tanggung jawab untuk mendidik anak ke jalan yang benar, yaitu seturu dengan Firman Tuhan. Orang tua hendaknya tidak bersikap kasar penuh amarah, melainkan penuh dengan kasih membawa anak untuk menaati Firman Tuhan Efs. 64 sebab sejatinya pengajaran yang diberikan berdasarkan fondasi Alkitab akan memberikan pengharapan kepada manusia untuk bangkit dan melawan segala hal yang akan melemahkan iman mereka Arifianto 2020. Terlebih menuntun mereka dengan membawa pada penganalan akan Roh Kudus sebab orang yang dipimpin Roh Kudus akan mengalami pertumbuhan rohani, sehingga ia hidup sesuai dengan kebenaran Allah dan hidupnya menjadi saksiArifianto and sumiwi Rachmani 2020. Mengupayakan Tindakan Preventif Dalam rangka upaya pencegahan, gereja hendaknya melakukan pemuridan terhadap anggota-anggotanya terkhusus para pemuda akan kebenaran Alkitab tentang LGBT. Gereja harus menyatakan dengan tegas bahwa LGBT adalah suatu dosa dan kekejian di mata Allah. Selain dalam bidang rohani, tindakan LGBT juga mampu berpotensi mendatangkan resiko penyakit menular seksual PMS. Homoseksual, khususnya gay memiliki resiko yang tinggi untuk terjangkit HIV/AIDS Laksana and Lestari 2010. Oleh sebab itu Gereja harus mulai memperhatikan dengan penuh kasih kehidupan para pemuda dan pemudinya. Melalui persekutuan pemuda, komunitas sel, komunitas bermain, gereja harus mendampingi pemuda-pemudinya dalam tuntunan Alkitab yang benar. Gereja dapat memunculkan topik-topik yang menarik khususnya terhadap pendidikan seks kepada pemuda-pemudinya yang tidak hanya ditinjau secara teologis, melainkan juga secara kesehatan atau medis. Seksual jangan menjadi Christian Bayu Prakoso, Aji Suseno, Yonatan Alex Arifianto Jurnal Teologi JUTEOLOG Vol. 1 No. 1, December 2020 hal tabu yang haram untuk disentuh, namun sebaliknya dipelajari dan digunakan dalam kehendak Allah yang benar. REKOMENDASI PENGEMBANGAN PENELITIAN Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi gereja, lembaga pendidikan dan terlebih kepada saran atau kritik dapat diberikan kepada penulis oleh semua pembaca agar dikesempatan selanjutnya penulis dapat lebih lagi dalam mengembangkan kemampuan yang telah diberikan oleh ini masih dapat dikembangkan dengan melihat relevansi penelitian, dengan fakta-fakta di tahun-tahun selanjutnya, oleh orang-orang yang mau menguji atau penulis juga berharap kiranya penelitian ini dapat menjadi referensi dari penulis-penulis berikutnya yang sedang menulis tentang topik-topik seputar pembahasan yang ada pada artikel ini. KESIMPULAN LGBT adalah dosa di mata penggalian Firman Tuhan yang dilakukan, terdapat beberapa ayat yang secara jelas membuktikan bahwa Allah tidak menghendaki dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, Alkitab tetap teguh mengecam tindakan demikian, gereja hendaknya tetap hadir dan menyatakan kasih Allah kepada beberapa tindakan yang harus dilakukan oleh gereja adalah mengasihi pribadinya, melakukan pembinaan iman, dan mengupayakan tindakan preventif. Sebagai orang percaya, skeptis terhadap fenomena LGBT bukanlah tindakan yang fenomena ini bagaikan bom waktu yang siap meledak sewaktu-waktu. Masa depan dunia ini akan dilanjutkan oleh generasi penerus yang harus dididik dengan kebenaran Firman Tuhan secara tegas dan mengimplementasikannya dengan penuh kasih dan kelembutan. Firman Tuhan sungguh mulia dan perlu diterapkan dengan sangat baik oleh seluruh orang yang mengaku murid Kristus. Christian Bayu Prakoso, Aji Suseno, Yonatan Alex Arifianto Jurnal Teologi JUTEOLOG Vol. 1 No. 1, December 2020 BIODATA Christian Bayu Prakoso adalah Mahasiswa STBI Semarang, yang banyak membahas tentang etika dalam adalah seorang mahasiswa yang rajin , sehingga kerajinanya dan ketekunan nya dalam mengali ilmu baru bisa di lihat dalam penelitiannya yang sudah di terbitkan. Christian Bayu Prakoso Surel christianbayu Aji Suseno adalah seorang yang banyak menulis artikel teologi, Misiologi dan kepemimpinan Kristen. Dia adalah penulis yang merupakan bagian dari STBI sudah banya yang di terbitkan dan bisa dijadikan bahan referensi dalam menulis buku atau artikel lainya. Aji Suseno Surel ajisuseno Yonatan Alex Arifianto Penulis aktif artikel tentang teologi dan misiologi bagi kekeristenan. Yonatan Alex Arifian sudah aktif menulis sejak tahun 2016 sampai dengan sekarang. Dia adalah seorang yang gigih dan tekun , sehingga kegiihan dan ketekunanya bisa ia nikmati hasilnya sekarang. Sudah ada puluhan jurnal yang diterbitkan. Yonatan Alex Arifianto Surel Christian Bayu Prakoso, Aji Suseno, Yonatan Alex Arifianto Jurnal Teologi JUTEOLOG Vol. 1 No. 1, December 2020 DAFTAR PUSTAKA Abineno, J. L. ch. 2011. Buku Katekisasi Sidi Nikah Peneguhan Dan Pemberkatanya. Jakarta BPK Gunung Mulia. Anon. Pengakuan Iman Westminster Surabaya Momentum. Arifianto, Yonatan Alex. 2020. “Pentingnya Pendidikan Kristen Dalam Membangun Kerohanian Keluarga Di Masa Pandemi Covid-19.” REGULA FIDEI Jurnal Pendidikan Agama Kristen 5294–106. Arifianto, Yonatan Alex, and Asih sumiwi Rachmani. 2020. “Peran Roh Kudus Dalam Menuntun Orang Percaya Kepada Seluruh Kebenaran Berdasarkan Yohanes 16 13.” Jurnal Diegesis 311–12. Azizah, Sari Nur. 2013. “Konsep Diri Homoseksual Di Kalangan Mahasiswa Di Kota Semarang Studi Kasus Mahasiswa Homoseksual Di Kawasan Simpang Lima Semarang.” Journal of Non Formal Education and Community Empowerment 2 Nomor 2. Bohoeffer, Dietrich. 1969. The Cost of Discipleship. New York Macmillan. Borrong, Robert P. 2006. Etika Seksual Kontenporer. Bandung INK Media. Brown, Francis. 1907. The Brown-Driver-Briggs Hebrew and English Lexicon, Edisi Elektronik. Oxford Clarendon. Deyoung, Kevin. 2015. Apa Yang Sebenanrnya Alkitab Ajarkan Mengenai Homoseksualitas ? Surabaya Momentum. Eveline, Sjanette. 2019. “Transgender Dalam Perspektif Teologis Alkitabiah.” Kaluteros 1 Nomor 1Teologi dan Pendidikan Agama Kristen. Faizal, Achmad. 2018. “„Pesta Seks Sesama Jenis, 3 Pria Digrebek Polisi Di Surabaya.‟” Feinberg, John S., and Paul D. Feinberg. 2010. Ethics for a Brave New World, Ed. Ke-2. Wheaton Crossway. Frame, John M. 2008. The Doctrine of The Christian Life. Phillipsburg P&R. Christian Bayu Prakoso, Aji Suseno, Yonatan Alex Arifianto Jurnal Teologi JUTEOLOG Vol. 1 No. 1, December 2020 Gagnon, A. J. 2001. The Bible and Homosexual Practice Texts and Hermeneutics. Nashville, TN Abingdon. Geisler, Norman L., and Paul D. Feinberg. 2002. Filsafat Dari Prespektif Kristiani. Malang Gandum Mas. Haas, Guenther. “„Hermeneutical Issues In The Use Of The Bible To Justify The Acceptance Of Homosexual Practice.‟” Global Journal of Classical Theology 1. Halim, Suzanna Hilaria. 2017. “Homoseksualitas Masa Kini Suatu Tinjauan Menurut Etika Kristen.” Veritas Jurnal Teologi Dan Pelayanan. Jatmiko, Bakhoh. 2016. “Hakekat Seksualitas Manusia Perspektif Gereja Kristen Nazarene Di Abad 21 Terhadap Praktek LGBT.” Teologi Sanctum Domine 4 Nomor 1Teologi. Koagouw, Miechell Octovy. 2019. “Dunia Geger, Taiwan Negara Asia Pertama Legalkan Pernikahan Sejenis.” Laksana, Agung Saprasetya Dwi, and Diyah Woro Dwi Lestari. 2010. “Fktor-Faktor Risiko Penularan HIV/AIDS Pada Laki-Laki Dengan Orientasi Seks Heteroseksual Dan Homoseksual Di Purwokerto.” Mandala of Health 4 Nomor 2. Lase, Pieter. 2014. Katekisasi Umum Menyimbar Tabir Kebenaran. Malang Gandum Mas. Meyer, Doug. 2012. “An Intersectional Analysis of Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender LGBT People‟s Evaluations of Anti-Queer Violence”. 849– 873.” SAGE JOURNALS 6Gender & Society. PGI. 2016. “Pernyataan Sikap PGI Tentang LGBT.” Purba, Asmat. 2016. “Tinjauan Teologis Terhadap Fenomena Penyimpangan Seksual Lesbian, Gay, Biseksual Dan TransgenderLGBT.” Jurnal TEDC 10 Nomor 2Ilmiah Berkala. Purnama, I. Wayan, and Simon Alexander Tarigan. 2011. “Tinjauan Etika Kristen Terhadap Operasi Transeksual.” Jurnal Jaffray. Rakhmahappin, Yogestri, and Adhyatman Prabowo. 2014. “Kecemasan Sosial Kaum Homoseksual Gay Dan Lesbian.” Ilmiah Psikologi Terapan 2 Nomor 2. Christian Bayu Prakoso, Aji Suseno, Yonatan Alex Arifianto Jurnal Teologi JUTEOLOG Vol. 1 No. 1, December 2020 Richards, Larry. 1986. Berpacaran Sampai Di Mana Batasnya. Jakarta BPK Gunung Mulia. Spencer, Colin. 2011. Sejarah Homoseksualitas Dari Zaman Kuno Hingga Sekarang, Diterj Oleh Ninik Rochani Sjams, Cetakan Ke-2. Bantul Kreasi Wacana. Subekti, Helen Diana, Endah Triwijati, and Teguh Wijaya Mulya. 2020. “Penerimaan Dan Penolakan Homoseksual Berbasis Pengalaman Pribadi Teologi Kekristenan Dari Sisi Pendetaan Agama Kristen.” KELUWIH Jurnal Sosial Dan Humaniora. Tampenawas, Alfons. 2020. “Problematika Moralitas Seksual Postmodern Menurut Perspektif 1 Korintus 612-20.” PASCA Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen. Tolanda, Yofsan. 2011. “Tinjauan Etika Kristen Terhadap Homoseksualitas.” Jurnal Jaffray 9 Tolanda, Yofsan, and Daniel Ronda. 2011. “Tinjauan Etika Kristen Terhadap Homoseksualitas.” Jurnal Jaffray. Tu‟u, Tulus. 1998. Etika Dan Pendidikan Seksual. Bandung Kalam Hidup. USAID-UNDP. 2014. Hidup Sebagai LGBT Di Asia Laporan Nasional Indonesia. Jakarta USAID-UNDP. Witherington, Ben. 1995. Conflict and Community in Corinth A Socio-Rethorical Commentary on I and II Corinthians. Grand Rapids Eerdmans Publisihing Company. WSJ, Reuters. 2015. “„Mahkamah Agung Amerika Legalkan Pernikahan Sesama Jenis,.‟” KOMPAS. Zaluchu, Sonny Eli. 2020. “Strategi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Di Dalam Penelitian Agama.” Evangelikal Jurnal Teologi Injili Dan Pembinaan Warga Jemaat 4128–38. Meilani MeilaniMariajina Soares Andreas FernandoIn today's era, in facing the influence of globalization on remaining delinquency or promiscuity, Christian education in counteracting the culture of promiscuity in adolescents is very influential. the solution to the problem of promiscuity among adolescents by departing from sociological analysis. This paper uses a descriptive qualitative method with a literature study approach by searching for data and information from the Bible. journal books. trusted news articles and articles related to sociological culture in Indonesia from the point of view of Christian education and articles related to the culture of promiscuity among teenagers. The result is that Christian religious education, in its process and function towards social and cultural change, especially among Indonesian teenagers, plays a role in teaching students to build a culture of holy living reflecting on the behavior of the characterof Christ as the right means to counteract the entry and embedding of a culture of promiscuity among the nation’s next generation. AbstrakPada zaman ini, budaya pergaulan bebas semakin merebak luas di kalangan remaja Indonesia, maka Pendidikan agama Kristen harus segera mengambil langkah dalam menangkal budaya pergaulan bebas tersebut sehingga tidak semakin berkembang dan menjadi gaya hidup generasi muda di Indonesia yang kelak akan menjadi generasi penerus bangsa ini. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengupayakan solusi dari permasalahan pergaulan bebas di kalangan remaja dengan berangkat dari mengkaji Pendidikan agama Kristen secara sosiologis. Tulisan ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi pustaka dengan mencari data dan informasi dari alkitab, buku-buku,jurnal, berita tulis terpercaya dan artikel yang berhubungan dengan sosiologis budaya di Indonesia dalam sudut pandang Pendidikan Kristen serta tulisan yang berkenaan dengan budaya pergaulan bebas di kalangan remaja. Hasil dari penelitian ini adalah Pendidikan agama Kristen dalam proses dan fungsinya terhadap perubahan sosial dan kultural khususnya di kalangan remaja Indonesia berperan untuk mengajarkan peserta didik membangun budaya hidup kudus bercermin dari perilaku karakter Kristus sebagai sarana yang tepat untuk menangkal masuk dan tertanamnya budaya pergaulan bebas di kalangan generasi muda penerus Hanum Muhammad SabriThis study aims to contextualize the values of Pancasila and Hadith in responding to the phenomenon of LGBT Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender as a human unnaturalness. This article also seeks to reveal how the fundamental differences between Pancasila and Hadith in responding to LGBT as well as our attitude towards LGBT people in the current context. This research is a library research with data analysis techniques using content analysis. The data analysis technique in this research is done by collecting all materials related to LGBT through Google Scholar both in the perspective of Pancasila and Hadith. Then conducted a literature review of the content in depth. The findings are Pancasila and Hadith have the same perspective that LGBT cannot be legalized. Pancasila and Hadith limit freedom of expression and not unlimited freedom. Our attitude towards LGBT people in the context of today is to embrace, rehabilitate, and provide education, not to judge, discriminate, and segregate them. Abstrak Kajian ini bertujuan melakukan kontektualisasi nilai-nilai Pancasila dan Hadis dalam merespon fenomena LGBT Lesbian, Gay, Bisexual, dan Transgender sebagai sebuah ketidakwajaran manusia. Artikel ini juga berupaya mengungkapkan bagaimana perbedaan mendasar antara Pancasila dan Hadis dalam merespon LGBT serta sikap kita terhadap kaum LGBT pada konteks kekinian. penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dengan teknik analisis data menggunakan analisis isi. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan seluruh bahan yang berkaitan dengan LGBT melalui Google Scholar baik dalam perspektif Pancasila maupun Hadis. Kemudian dilakukan telaah kepustakaan terhadap isi secara mendalam. Hasil temuan yakni Pancasila dan HadisKatrina So'langiFibry Jati NugohoYusup Rogo YuonoDaryanto DaryantoThis research discusses Lesbian Gay Bisexual Transgender and pastoral services carried out by the church in helping people to know God's Love. In this study, the author examines pastoral care to deal with lesbian gay bisexual transgender in the Jemaat Kristen Indonesia Oikos Pelangi Kasih church. With descriptive qualitative research method using literature review and field data. Perform well the function guiding, supporting function, healing function, restoring function and maintenance function will really help the lesbian gay bisexual transgender people to experience recovery and know the truth of God’s word. AbstrakPenelitian ini membahas seputar Lesbian, Gay, Bisex, Transgender dan pelayanan pastoral yang dilakukan oleh gereja dalam menolong orang-orang untuk mengalami kasih Tuhan. Pada pene-litian ini, penulis meneliti tentang pelayanan pastoral untuk menangani kaum lesbian, gay, bisex, transgender di Gereja Jemaat Kristen Indonesia Oikos Pelangi Kasih. Dengan metode penelitian kualitatif deskriptif menggunakan kajian pustaka dan data lapangan. Melakukan dengan baik fungsi membimbing, fungsi menopang, fungsi menyembuhkan, fungsi memulikan dan fungsi memelihara akan sangat membantu kaum lesbian gay bisex dan transgender untuk mengalami pemulihan dan mengenalkan kebenaran firman TuhanYulianus BaniPurwisasi YuliAs social beings, women need affection, love and attention. Lesbians are a serious problem in some workplaces where employees have to live in dormitories. The dormitories filled by most women in Batam are inseparable from lesbian behavior. Deviations in the sexual behavior of lesbian women also occur to Christian women. This research uses a literature study with a descriptive qualitative approach to obtain data. Data were obtained using sources such as books and journal articles. First, the discussion and results of this study, the researcher suggests about the basis of pastoral care for deviations in the sexual behavior of lesbian women. The biblical basis is the standard for knowing the truth about sex. Second, an understanding of the purpose of pastoral care for deviant lesbian sex behavior for Christians today. The purpose of pastoral care against lesbian sexual deviation is based on God's love. Third, in collecting data, the authors used open interviews for 6 lesbian women. Finally, the results of this study will conclude that Christians must have strategies that are adapted to the times in serving deviant lesbian sex behavior. Abstrak Sebagai makhluk sosial wanita membutuhkan kasih sayang, cinta dan perhatian. Lesbian menjadi masalah serius di beberapa tempat kerja yang menerapkan karyawan harus tinggal di dormitori. Dormitori yang diisi oleh sebagian besar wanita di Batam tidak terlepas dari perilaku lesbian. Penyimpangan perilaku seks wanita lesbian juga terjadi kepada wanita-wanita Kristen. Dalam penelitian ini menggunakan studi literatur dengan pendekatan kualitatif deskriptif untuk memperoleh data. Data diperoleh dengan menggunakan sumber-sumber seperti buku dan artikel jurnal. Pembahasan dan hasil penelitian ini pertama, peneliti mengemukakan tentang dasar pelayanan pastoral terhadap penyimpangan perilaku seks wanita lesbian. Dasar yang alkitabiah menjadi standar untuk mengetahui kebenaran tentang hubungan seks. Kedua, pemahaman tentang tujuan pelayanan pastoral terhadap penyimpangan perilaku seks lesbian bagi orang Kristen masa kini. Tujuan pelayanan pastoral terhadap penyimpangan perilaku seks lesbian didasarkan kepada kasih Allah. Ketiga, dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan wawancara terbuka bagi 6 orang wanita lesbian. Terakhir hasil penelitian ini akan menyimpulkan bahwa orang Kristen harus memiliki strategi yang disesuaikan dengan perkembangan zaman dalam melayani penyimpangan perilaku seks I Totok Dwikoryanto Muner DalimanHana SupartiPaulus Sentot PurwokoA growing church is a church that prioritizes the ministry of children, because children are the next generation of the church. However, there are indications that there are still churches that do not view children's services as important and make them a priority for programs, funding, facilities and infrastructure. Service priority is more for adult services, compared to child services. This indicates that the church does not understand Holistic Ministry based on the Synoptic Gospels. Children's ministry is a very important service and requires adequate human resources support, both in terms of quantity and quality. In fact, there are indications that the Church still suffers from a lack of quality human resources, both in terms of calling and quality in carrying out child services, weak basic vocations, PPA human resources do not understand the development of the current situation so that the approach to fostering children is not appropriate. From the various problems that the researcher described above, the researcher believes that apart from these problems, the background factors of PPA children aged 14-19 years have a role in the implementation of Child Holistic Services based on the Synoptic Gospels. These backgrounds include educational age background, economy, ethnicity, and length of time participating in PPA. For this reason, the researcher wrote a dissertation entitled "Explanatory and Confirmatory Holistic Services based on the Synoptic Gospels among PPA Children aged 14-19 years in the Solo Cluster" to obtain empirical data from these problems and produce implications and suggestions for the development of PPA in the Solo MayastutiFanni MargaretaThis article will discusses the current phenomenon in the world, namely the Covid 19 pandemic, where we are faced with a condition where there is fear and worry about the future. Meanwhile, God’s church should be able to show its existence as God’s redeemed people and ther is no need to be afraid of anything in front of it even thoug it is purpose of this article is to present a bliblical study of Passover celebration which is a journey of the Israelities out of the land of Egypt which has theologial implications regarding the resurrection and the death of the Lord Jesus Christ. This method used is historical anlysis of the Exodus text using an exposition approach and conduct an analysis with regard to context literary Passover event is an event which is an initiative from God to deliver the Israelities from Egypt. The conclusion that finding in this discussion is the momentum of the Easter celebration during the Covid 19 pandemic will increase the unity of heart and faith in the context of the church in SaogoThe Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender LGBT in the past was something deviant, but nowadays it has become a trend that is even considered natural by many people. This of course has a sociological impact. There is a view that says that the behavior of LGBT people is a biological natural behavior, so it needs to be accepted as something that cannot be changed. Some theories agree that LGBT behavior is influenced by environmental, parenting, and economic factors so that there are pros and cons for LGBT people. This study aims to see the sociological influence of the LGBT community by using a literature review. The results of the study show that LGBT is contrary to the truth of God's creation, namely the clear separation of sex, namely male and female. Also, this is contrary to the design of marriage that God built, namely heterosexuality and monogamy. Yonatan Alex ArifiantoAsih Rachmani Endang SumiwiChristian faith recognizes the existence of the Holy Spirit as the divine person promised by Jesus. But not all Christians experience the involvement of the Holy Spirit in their lives. Whereas a person who is led by the Holy Spirit will experience spiritual growth, so that he lives according to God's truth and his life bears witness. This study aims to answer the question, what is the role of the Holy Spirit in the lives of believers in leading to all truth? This research is a library research using descriptive analysis method, with the Bible as the main source and support of reliable literature. The conclusion of this research is, first, the Holy Spirit makes the person he leads free from sin and intimidation from the evil one. Second, the Holy Spirit gives wisdom and understanding to know Jesus and live it at every step of the life journey. Third, the Holy Spirit leads to the whole truth of God, so that the person he guides avoids Hilaria HalimHomoseksualitas kini tidak lagi hanya dipahami sebagai bentuk perilaku melainkan sebagai suatu bentuk orientasi seksual yang muncul di luar kehendak manusia. Implikasinya, homoseksual dianggap sebagai suatu hal yang wajar dan tidak berdosa. Evaluasi terhadap konsep ini dijelaskan dari sudut pandang biblika dan teologis untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang sulit mengenai keberdosaan homoseksual. Kata-kata kunci Homoseksual, Perilaku, Orientasi, Tanggung Jawab, Dosa English Homosexuality, in this day and age, is not understood as a kind of behavior, but as a sexual orientation that emerges out of human identity and is beyond human will. As a result, people consider homosexuality to be a normal lifestyle and do not perceive of it as sinful behaviour. Evaluations, garnered from both biblical and theological perspectives, are examined to answer the complicated questions related to this topic and conclude that homosexuality is sin. Keywords Homosexuality, Behavior, Orientation, Responsibility, Sin Bakhoh JatmikoCivilization and social structure have dramatically changed in these last several decades. Exponential development of globalization and the growth of technology of communication have transformed values, views and cultures of human civilization nowadays. These are the symptoms of world web wide era; where the local issues can be global discussion in minutes. In one hand, the Church of God should be sensitive to the age changes, does some adaptations and changes to be relevant. In the other hand, the Church of God should not be conformed to this world. Church of the Nazarene as one of the Christian Church denominations in the world is demanded to take the stance to deal with the changes that are happened today especially in LGBT Lesbian, Gay, Bisexual and Transgender MeyerThe author uses an intersectionality framework to examine how lesbian, gay, bisexual, and transcender LGBT people evaluate the severity of their violent experiences. Previous research focusing on the severity of anti-LGBT violence has given relatively little attention to race, class, and gender as systems of power. In contrast, results from this study, based on 47 semi-structured, in-depth interviews, reveal that Black and Latino/Latina respondents often perceived anti-queer violence as implying that they had negatively represented their racial communities, whereas white respondents typically overlooked the racialized implications of their violent experiences. Furthermore, while lesbians of color emphasized their autonomy and self-sufficiency to challenge this discourse, Black and Latino gay men underscored their emotional and physical strength to undermine perceptions that they were weak for identifying as gay. Results also indicate that LGBT people experience forms of anti-queer violence in different ways depending on their social position, as Black lesbians faced discourse that neither white lesbians nor Black gay men were likely to confront. Thus, these findings suggest that topics primarily associated with homophobia should be examined through an intersectional lens.
Kami mengakui dan menerima LGBTIQ mula-mula sebagai lembaga
Kategori LGBTLGBT atau GLBT adalah akronim dari “lesbian, gay, biseksual, dan transgender”. Istilah ini digunakan semenjak tahun 1990-an dan menggantikan frasa “komunitas gay” karena istilah ini lebih mewakili kelompok-kelompok yang telah disebutkan. Pandangan Kristen Mengenai Homoseksual, Ayat Alkitab Tentang LGBT FAQLGBTPada kesempatan kali ini, akan membasah tentang permasalahan LGBT menurut pandangan Kristen, khususnya Ayat baca
Yangdirevisi itu terjemahannya kok. dulu ada versi King James. Karena bahasa Inggris berkembang dan banyak vocab yang ketinggalan jaman, dibuatlah New King James Version. Lagipula Paus mendukung LGBT supaya memiliki hak yang sama sebagai manusia. Bukan 'mendukung' dalam artian tidak lagi dipandang sebagai dosa di gereja Katolik Roma.
Melihat Gerakan LGBT yang sudah mengkhawatirkan ini, penulisan Jurnal bertujuan untuk Pertama, supaya pembaca karya ini dapat mengetahui dan mengerti tentang pandangan iman dan moral kristen terhadap LGBT dan gerakan LGBT. Kedua, supaya pembaca karya ini dapat memperoleh petunjuk mengenai sikap yang benar dalam menyikapi masalah LGBT yang sesuai dengan kehendak Allah. Ketiga, supaya pembaca karya ilmiah dapat mengetahui bagaimana upaya-upaya dalam mengatasi masalah homoseksual. Penulisan karya ilmiah ini diharapkan akan memberi manfaat yang baik kepada pembaca. Adapun manfaat penulisan karya ilmiah ini adalah Pertama, agar menambah wawasan pembaca, yang secara khusus mengenai LGBT. Kedua, untuk menembah kasana ilmu pengetahuan bagi penulis dan almamater tercinta Sekolah Tinggi Teologia REAL Batam. Ketiga, agar menjadi salah satu sumber bacaan praktis bagi orang Kristen dalam memahami tentang LGBT dari sudut pandang Alkitab. Tuhan tidak pernah menciptakan seseorang dengan keinginan LGBT. Alkitab memberitahu kita bahwa seseorang menjadi LGBT karena dosa Roma 124-27 dan pada akhirnya karena pilihan mereka sendiri mereka mendapat hukuman yang kekal. Seseorang mungkin dilahirkan dengan kecenderungan terhadap orientasi seksual yang berbeda, sama seperti orang dapat dilahirkan dengan kecenderungan kepada kekerasan dan dosa-dosa lainnya. Ini bukan merupakan dalih untuk hidup dalam dosa dengan mengikuti keinginan dosa mereka. Tetapi Alkitab tidak menggambarkan homoseksualitas sebagai dosa yang “lebih besar” dibanding dosa-dosa lainnya. Semua dosa adalah kekejian dan tidak menyenangkan Tuhan. LGBT hanyalah salah satu dari sekian banyak hal yang dicantumkan dalam 1 Korintus 69-10 yang menghalangi seseorang dari Kerajaan Allah. Menurut Alkitab, pengampunan Allah tersedia bagi kaum LGB, sama seperti bagi orang yang berzinah, penyembah berhala, pembunuh, pencuri dan lain-lain. Allah juga menjanjikan kekuatan untuk menang terhadap dosa, termasuk homoseksualitas, kepada setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus untuk keselamatan mereka. Allah berinisiatif untuk memulihkan persekutuan Allah dengan manusia. Allah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus untuk menyelamatkan manusia Yohanes 316 dan di dalam kematian-Nya, Yesus menjadikan manusia yang ada dalam Kristus sebagai ciptaan yang baru 2 Korintus 515,17. Untuk melakukan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya, Ia mau supaya kita hidup di dalamnya Efesus 210. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free PERSFEKTIF ALKITABIAH TERHADAP GERAKAN LGBT JURNAL Oleh Candra Gunawan Marisi, NIDN 2305128401 SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA REAL BATAM BATAM 2016 ABSTRAKSI Melihat Gerakan LGBT yang sudah mengkhawatirkan ini, penulisan Jurnal bertujuan untuk Pertama, supaya pembaca karya ini dapat mengetahui dan mengerti tentang pandangan iman dan moral kristen terhadap LGBT dan gerakan LGBT. Kedua, supaya pembaca karya ini dapat memperoleh petunjuk mengenai sikap yang benar dalam menyikapi masalah LGBT yang sesuai dengan kehendak Allah. Ketiga, supaya pembaca karya ilmiah dapat mengetahui bagaimana upaya-upaya dalam mengatasi masalah homoseksual. Penulisan karya ilmiah ini diharapkan akan memberi manfaat yang baik kepada pembaca. Adapun manfaat penulisan karya ilmiah ini adalah Pertama, agar menambah wawasan pembaca, yang secara khusus mengenai LGBT. Kedua, untuk menembah kasana ilmu pengetahuan bagi penulis dan almamater tercinta Sekolah Tinggi Teologia REAL Batam. Ketiga, agar menjadi salah satu sumber bacaan praktis bagi orang Kristen dalam memahami tentang LGBT dari sudut pandang Alkitab. Tuhan tidak pernah menciptakan seseorang dengan keinginan LGBT. Alkitab memberitahu kita bahwa seseorang menjadi LGBT karena dosa Roma 124-27 dan pada akhirnya karena pilihan mereka sendiri mereka mendapat hukuman yang kekal. Seseorang mungkin dilahirkan dengan kecenderungan terhadap orientasi seksual yang berbeda, sama seperti orang dapat dilahirkan dengan kecenderungan kepada kekerasan dan dosa-dosa lainnya. Ini bukan merupakan dalih untuk hidup dalam dosa dengan mengikuti keinginan dosa mereka. Tetapi Alkitab tidak menggambarkan homoseksualitas sebagai dosa yang “lebih besar” dibanding dosa-dosa lainnya. Semua dosa adalah kekejian dan tidak menyenangkan Tuhan. LGBT hanyalah salah satu dari sekian banyak hal yang dicantumkan dalam 1 Korintus 69-10 yang menghalangi seseorang dari Kerajaan Allah. Menurut Alkitab, pengampunan Allah tersedia bagi kaum LGB, sama seperti bagi orang yang berzinah, penyembah berhala, pembunuh, pencuri dan lain-lain. Allah juga menjanjikan kekuatan untuk menang terhadap dosa, termasuk homoseksualitas, kepada setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus untuk keselamatan mereka. Allah berinisiatif untuk memulihkan persekutuan Allah dengan manusia. Allah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus untuk menyelamatkan manusia Yohanes 316 dan di dalam kematian-Nya, Yesus menjadikan manusia yang ada dalam Kristus sebagai ciptaan yang baru 2 Korintus 515,17. Untuk melakukan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya, Ia mau supaya kita hidup di dalamnya Efesus 210. PENDAHULUAN Dalam dunia sekarang ini telah banyak terjadi penyimpangan dari pernikahan suci yang dirancang oleh Allah sendiri, dimana telah terjadi pernikahan antara sesama jenis, atau yang sekarang dikenal dengan Lesbi, Gay, Bisexsual dan Transgender LGBT, bahkan beberapa negara telah melegalkan pernikahan sejenis. Pengadilan tinggi Ontario Kanada telah memutuskan untuk merestui perkawinan dua orang dari jenis kelamin yang sama pada hari rabu tanggal 11 Juni 2003. pada hari bersejarah itu telah menikahkan empat pasangan dan ratusan pasangan lainnya akan menyusul hari-hari berikutnya. Kanada Negara ketiga setelah Belanda dan Belgia yang memberi persamaan hak kepada kaum gay dan lesbian untuk menikah secara resmi seperti kaum heteroseksual.“Komunitas gay di Amerika Serikat merayakan kemenangan bersejarahnya setelah Mahkamah Agung memberikan hak bagi pasangan sesama jenis untuk bisa menikah di Negeri Paman Sam.”Bahkan semua negara bagian Amerika Serikat harus menerima keputusan pengadilan yang mensahkan pernikahan sejenis. “Mahkamah Agung MA Amerika Serikat melegalkan pernikahan sesama jenis di 50 negara bagian melalui keputusan bersejarah pada Jumat 26/6/2015 waktu setempat.”Di Indonesia kita dapat melihat dan mendapati berbagai macam buku-buku majalah maupun koran-koran yang membahas tentang LGBT, bahkan kita dapat menjumpai klub-klub homoseksualitas yang mulai muncul di berbagai kota di Indonesia, dari yang tersembunyi sampai yang terang-terangan. Dewasa ini kita mudah menemukan banyak orang dengan lgbt di Indonesia khususnya di salon-salon. Dialog Komunitas LGBT Nasional Indonesia yang diselenggarakan pada 13-14 Juni 2013 di Bali, melaporkan Sampai akhir tahun 2013 terdapat dua jaringan nasional organisasi LGBT yang terdiri dari 119 organisasi berlokasi di 28 provinsi dari 34 provinsi di negara Indonesia lihat Lampiran 1. Jaringan Gay, Waria dan Laki-laki yang Berhubungan Seks dengan Laki-laki Lain Indonesia GWL-INA didirikan pada bulan Februari 2007 dengan tujuan memajukan pelayanan penanggulangan HIV dan PMS di populasi utama ini. Fokus kerja jaringan ini terbatas, mengingat sifat dukungan yang diberikan oleh organisasi internasional untuk penanggulangan HIV serta Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. Jaringan kedua, yaitu Forum LGBTIQ Indonesia, didirikan pada tahun 2008 antara lain untuk mengatasi keterbatasan tersebut, dengan tujuan memajukan program hak-hak seksual yang lebih luas dan memperluas jaringan agar mencakup organisasi-organisasi lesbian, wanita biseksual dan pria transgender. Forum ini telah mendapatkan dana rintisan “Pernikahan Gay di Kanada, Belanda dan Belgia.” Diakses tanggal 24 Mei 2008; tersedia di dari Hivos namun dalam hal lain tidak terorganisir seperti halnya GWL-INA. Pada Dialog Nasional, koordinator forum menyatakan harapan untuk dapat memperoleh dukungan dari prakarsa 'Hidup Sebagai LGBT di Asia'. Beberapa organisasi memiliki anggota dengan beragam orientasi seksual dan identitas gender. Tapi sebagian besar organisasi beranggotakan satu atau dua sektor saja yang terkait, misalnya pria gay dan waria atau lesbian dan pria transgender. Beberapa organisasi merupakan organisasi layanan penanggulangan HIV yang menyelenggarakan program bagi kaum pria gay, waria dan pria yang berhubungan seks dengan pria lain. Di tempat yang belum ada komunitas atau perkumpulan pertemanan yang besar, maka lebih besar kemungkinan terjadi integrasi di antara berbagai sektor. Misalnya, kaum lesbian atau pria transgender juga dapat berperan aktif dalam organisasi gay atau waria. Akhir-akhir ini juga berkembang sejumlah organisasi pemuda, beberapa di antaranya berafiliasi dengan organisasi dengan lingkup lebih luas. Lebih banyak organisasi bercokol di pulau-pulau yang berpenduduk lebih padat, khususnya pulau Jawa dan Sumatera. Sedangkan di pulau Kalimantan dan Sulawesi serta di Kawasan Indonesia Timur pada umumnya, terdapat lebih sedikit Gerakan LGBT yang sudah mengkhawatirkan ini, penulisan Jurnal bertujuan untuk Pertama, supaya pembaca karya ini dapat mengetahui dan mengerti tentang pandangan iman dan moral kristen terhadap LGBT dan gerakan LGBT. Kedua, supaya pembaca karya ini dapat memperoleh petunjuk mengenai sikap yang benar dalam menyikapi masalah LGBT yang sesuai dengan kehendak Allah. Ketiga, supaya pembaca karya ilmiah dapat mengetahui bagaimana upaya-upaya dalam mengatasi masalah homoseksual. Penulisan karya ilmiah ini diharapkan akan memberi manfaat yang baik kepada pembaca. Adapun manfaat penulisan karya ilmiah ini adalah Pertama, agar menambah wawasan pembaca, yang secara khusus mengenai LGBT. Kedua, untuk menembah kasana ilmu pengetahuan bagi penulis dan almamater tercinta Sekolah Tinggi Teologia REAL Batam. Ketiga, agar menjadi salah satu sumber bacaan praktis bagi orang Kristen dalam memahami tentang LGBT dari sudut pandang Alkitab. Dalam penulian karya ilmiah ini teknik penelitian mengenai masalah aktual, dengan mengadakan refleksi teologis dengan memberikan dekarya ilmiah yang normatif. metode penelitian yang digunakan adalah penelitian literatur Library research yaitu kajian biblika dan menggunakan buku-buku sesuai dengan judul yang dibahas. diakses; senin, 30 Februari 2016. PERSFEKTIF ALKITABIAH TERHADAP GERAKAN LGBT Alkitab menuliskan dalam Kejadian 1 26-27 “Berfirmanlah Allah Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’ Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” Allah menciptakan manusia sebagai laki-laki dan perempuan bukan laki-laki dan lakilaki; atau perempuan dan perempuan; ataupun laki-laki yang berubah menjadi seperti perempuan dan perempuan atau sebaliknya, dan di ayat selanjutnya diperintahkan untuk beranak cucu dan bertambah banyak. Kejadian 128 “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” Gerakan pro Lesbian, Homoseksual, Biseksual dan Transgender LGBT di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Pelaku penyimpangan orientasi seksual yang sebelumnya menyembunyikan identitas, kini dengan berani menunjukkan eksistensi diri di ruang publik. Para tokoh liberalis berada di garda depan memberikan dukungan dengan aksi yang semakin masif dan terstruktur. Dengan mengatasnamakan HAM dan kebebasan aliran liberalism berada di garda depan membela kaum LGBT. Bahkan perjuangan mereka tempuh melalui tiga jalur; akademik, politik dan gerakan sosial. Pengaruh LGBT Dekonstruksi ragam orientasi seksual OS oleh gerakan pro LGBT berakar dari dalil relativisme moral. Pandangan relativisme moral meyakini there are no moral absolutes’, tidak ada aturan atau standar moralitas yang bersifat absolut. Relativisme moral menolak adanya kebenaran tunggal yang mengikat semua orang. Kebenaran bersifat majemuk, bergantung individu, budaya, dan konteks sosial tertentu. Relativisme moral berangkat dari pendapat Kaum Sofis muncul pada zaman Yunani kuno bahwa lembaga-lembaga budaya, termasuk moral, hanya berdasar atas adat kebiasaan, karena itu beragam dan mudah berubah serta tidak ada aturan tertulis yang tetap. Akibatnya, masing-masing kelompok menjadi kebal kritik atas praktik moral yang dilakukan. Siapapun tidak berhak mengklaim dirinya benar dan menyalahkan pihak lain yang melanggar batasan moral. Standar bermoral dan tidak bermoral, penentuan salah dan benar, bersifat relatif bervariasi pada masing-masing individu dan kesepakatan masyarakat dan adat istiadat setempat. Standar moral hanya berlaku pada beberapa orang atau relatif terhadap kelompok orang harus toleran’ pada perbedaan pandangan standar moralitas dalam budaya lain. Pandangan relativisme ini sesat, Tuhan Yesus sendiri mengatakan bahwa Firman Tuhan Alkitab adalah kebenaran Yohanes 1717. Standart moral sebagai kebenaran adalah Firman Tuhan itu sendiri. Kelompok pro LGBT merasa bebas mendefinisikan batasan moral mereka sendiri. Relativisme moral memberikan peneguhan kuat atas usaha pembenaran perilaku LGBT. Kelompok pro LGBT menciptakan versi kebenaran yang kontra dengan standar moral masyarakat. Penyimpangan perilaku seksual yang pada awalnya dipandang tidak bermoral kemudian dibongkar menjadi perilaku normal atas nama Hak Asasi Manusia HAM. Penyimpangan perilaku seksual dikonstruksi hanya merupakan keberagaman orientasi seksual seperti halnya perbedaan suku, agama, ras, dan budaya dalam masyarakat. Perilaku LGBT dianggap manusiawi dengan dalih tidak merugikan orang lain. Tidak ada yang salah dalam perilaku LGBT dengan pembenaran selama perilaku seksual yang terjadi aman, nyaman dan bertanggung jawab. Masyarakat dituntut memberikan toleransi pada perilaku menyimpang LGBT. Pelaku LGBT mencari pengakuan identitas di masyarakat dari sudut pandang seksualitas. Penentangan atas perilaku LGBT kemudian dianggap sebagai pelanggaran Hak Asasi Manusia HAM. Kelompok LGBT menuntut hak untuk bisa hidup layak’ sesuai orientasi seksual mereka, mengekspresikan penyimpangan orientasi seksual sebebas-bebasnya. Gerakan pro LGBT memandang orang-orang dengan orientasi seksual menyimpang termasuk dalam kaum minoritas yang mengalami penindasan dari masyarakat terutama oleh kaum agamawan. Masyarakat diberi label negatif sebagai kaum homofobia dan transfobia yang melakukan penentangan, diskriminasi, pelecehan hingga kekerasan pada kelompok LGBT. Gerakan LGBT ini sudah menjadi suatu gerakan yang mengkhawatirkan, karena akan mempengaruhi cara pandang anak-anak kecil dan anak-anak remaja yang dalam pertumbuhannya sedang mencari dan ingin menemukan jati diri serta kebenaran sejati. 1 Korintus 1533 “Janganlah kamu sesat pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” Faktor Genetis LeVay Dalam pendahuluan bukunya, dia menyatakan bahwa “Berdasarkan penemuan-penemuan ini dan penemuan-penemuan dari para peneliti lainnya, tampaklah masuk akal untuk bertanya apakah perbedaan-perbedaan bawaan kelahiran di dalam organisasi otak, setidaknya sebagian darinya berada di bawah kendali genetik, tidak dapat menjadi basis keanekaragaman di dalam fungsi-fungsi mental dalam diri manusia, termasuk fungsi-fungsi mental yang terkait dengan seks.”Menurut pelajaran Biologi yang pernah penulis dapatkan, ada membahas tentang Mutasi kromosom yang terjadi dalam proses pembentukan kromosom pada manusia normal kromosomnya berjumlah 46 yakni perpaduan 23 kromosom sperma dan 23 kromosom ovum; 22 + 22 kromosom 22 pasang kromosom tubuh contohnyatinggi badan, warna kulit, bentuk hidung dan lain-lain 22 pasang disebut kariotipe. Dan kromosom X dari ibu + kromosom X atau Y dari ayah. Jika kromosom X + X maka akan menjadi anak perempuan; jika kromosom X + Y maka akan menjadi laki-laki. Namun ada terjadi pembentukan sel kelamin yang gagal berpisah nondisjungsi meiosis. Kromosom X extra pada anak laki-laki, menghasilkan XXY, muncul kira-kira sekali dalam 2000 kelahiran hidup, orang-orang dengan kelainan ini, disebut Syndrome Klinefelter, memiliki organ kelamin jantan tetapi ukuran testisnya sangat kecil dan laki-laki tersebut steril. Sindrom tersebut sering meliputi pembesaran dada dan karakteristik-karakteristik tubuh wanita lainnya. Laki-laki dengan kromosom Y extra XYY tidak memiliki sindrom yang terdefinisi dengan jelas, meskipun mereka cenderung lebih tinggi dibandingkan kebanyakan orang. Perempuan dengan trisomi X XXX, yang terjadi sekali dalam kira-kira 1000 kelahiran hidup, tampak sehat dan tidak dapat dibedakan dari perempuan dengan kromosom XX kecuali dari kariotipenya. Monosomi X, disebut Syndrom Turner, terjadi sekitar satu kali dalam setiap 5000 kelahiran dan merupakan satu-satunya monosomi yang dapat hidup pada manusia. Meskipun individu-individu X0 ini secara fenotip adalah perempuan, organ kelamin mereka tidak menjadi matang pada saat remaja, dan ciri-ciri seks sekunder gagal berkembang. Individu-individu semacam itu steril dan memiliki tubuh pendek. Sebagian besar memiliki kecerdasan pendapat penulis, mungkin individu-individu dengan kelainan XXY dan X0 seperti yang dimaksud dalam Matius 1912 ; “ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya...,” Dari analisis diatas, penulis menyimpulkan bahwa tidak ada orang yang dilahirkan menjadi LGBT. Jika dikatakan memiliki kecenderungan laki-laki kemayu atau wanita tomboi dapat diterima, tetapi kecenderungan tersebut bukan berarti harus menjadi LGBT, tetapi dapat menahan diri dan meminta pertolongan Tuhan untuk menjadi pribadi yang takut akan Tuhan. Simon LeVay, The Sexual Brain Cambridge/London, MA/UK MIT Press1993,1994, hlm. xiv. Neil A. Campbell, Jane B. Reece, lawrence G. Mitchell, Biologi Edisi 5, Jilid 1. Pen. Rahayu lestari Jakarta Penerbit Erlangga, 2009 hal. 244 Ibid., Ibid., 290 Ibid., 292 Faktor Psikologis dan Lingkungan Mitos yang mengatakan kecenderungan LGBT merupakan bawaan lahir adalah salah. Para aktivis homoseks mengklaim bahwa ketertarikan kepada sesama jenis adalah bawaan dari lahir dan tidak dapat dirubah. Mereka mengutarakan bahwa homoseks bukanlah sebuah pilihan. Karena perilaku homoseks dikarenakan gen/bawaan sejak lahir. Hal ini lah yang terkadang mereka gunakan untuk mempropagandakan homoseks, bahwa perilaku ini adalah perilaku yang alami dan wajar. Namun para ahli mengatakan bahwa penyebab homoseksualitas itu sendiri sangat kompleks. Seorang psikolog terkenal Amerika yang bernama Clyde M. Narramore menyebutkan bahwa “umumnya homoseksualitas merupakan hasil perkembangan kepribadian yang tidak normal” dan ia menyebut adanya beberapa kondisi yang mungkin menyebabkan hal itu, yaitu1 Gangguan hormonal. Namun penelitian-penelitian lebih lanjut belum mendukung. 2 Faktor Genetika. Penelitian-penelitian lebih lanjut juga belum mendukung. 3 Ibu yang dominan; 4 Ayah yang lemah; 5 Orang tua yang kejam; 6 Pernikahan orang-tua yang tidak bahagia; 7 Dimanjakan oleh orang-tua yang sama jenisnya; 8 Pendidikan seks yang jauh, banyak pakar yang menangani kelainan seksual berpendapat bahwa sejatinya homoseksual bukan disebabkan karena faktor genetika, tetapi karena faktor lingkungan, dan secara khusus yang berhubungan dengan penerimaan/afeksi dari orang lain. Seperti yang diungkapkan oleh Frank Worthen, ia mengatakan “Sesudah membimbing ribuan bekas homoseks selama pelayanan sepuluh tahun atau lebih, kami telah belajar banyak mengenai keadaan homoseks. Kami yakin bahwa akar homoseksual yang terdalam ialah retaknya hubungan dalam keluarga yang mengakibatkan ketiadaan rasa memiliki dan dimiliki atau ketiadaan pengakuan.”Pendapat-pendapat ini cukup membuktikan bahwa sebenarnya tidak ada orang yang terlahir gay atau lesbi. Masa kanak-kanak adalah masa-masa identitas dan kepribadiannya mulai dibentuk. Dan anak-anak yang mengalami keretakan dalam keluarganya lebih berpotensi untuk menjadi homoseks. Sebab anak itu terpengaruh oleh cara bagaimana ia bereaksi terhadap keretakan dalam keluarga. Gay, lesbi, biseksual dan transgender, umumnya adalah orang yang menderita trauma emosional atau pelecehan seks sewaktu masa kecil dan selanjutnya karena distimulasi oleh rangsangan erotis yang tidak semestinya pada masa remaja mereka serta pergaulan yang salah. Dalam banyak kasus, sesuatu yang traumatik terjadi dalam kehidupan Herlianto, Aids dan Perilaku Seksual, Bandung Yayasan Kalam Hidup, 1995, hlm. 54. Frank Worthen, Mematahkan Belenggu Homoseksualitas, Malang Gandum Mas, 1990, hlm. 13. seseorang yang menciptakan “konflik identitas gender”. Pada akhirnya mengakibatkan penyimpangan emosional yang dapat menjurus kepada LGBT. Gerakan pro LGBT bahkan menginginkan untuk diakui dan di terima oleh masyarakat. Gerakan ini tidak dapat diterima, karena akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak bahkan remaja yang sedang bertumbuh disekitar mereka. 1 Korintus 1533 dikatakan “Janganlah kamu sesat, pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” Jika gerakan LGBT ini diterima di dalam masyarakat maka akan merusak generasi penerus bangsa bahkan nilai-nilai kebenaran dalam Firman Tuhan akan diselewengkan dan tidak menjadi kebenaran yang absolut. CATATAN SEJARAH DALAM ALKITAB Alkitab mengatakan dengan jelas bahwa Allah merancang agar hubungan seks dilakukan hanya di antara pria dan wanita, dan hanya dalam ikatan perkawinan. Kejadian 127, 28; Kejadian 218; Kejadian 223-24; Kejadian 920-29; Ulangan 2317; 1 Raja-raja 1424; 1512; 2246; 2 Raja-raja 237; Hakim-hakim 1914-29; Imamat 1822; 2013; Amsal 518, 19; Matius 85-13; Matius 194-5; Matius 1910-12.. Dalam Perjanjian Lama Allah sendiri mengingatkan bahwa perbuatan homoseksual adalah kekejian yang harus dihukum dengan hukuman mati Imamat 1822; 2013. Dalam Kejadian 19. Perikop ini mengisahkan tentang niat Tuhan untuk memusnahkan kota Sodom dan Gomora karena kedua kota ini konon sangat besar dosanya dan durjana 1820; 1915. Malaikat Tuhan Dua orang lelaki diutus Tuhan untuk menyelidiki keadaan kota ini. Ketika mereka sudah tiba di Sodom, mereka diterima oleh Lot dan diberi tumpangan di rumahnya pada malam hari itu juga. Tetapi pada malam hari itu semua lelaki dari seluruh kota ini, tua dan muda 194, pada malam itu mendatangi rumah Lot dan mengepungnya. Mereka memaksa Lot untuk menyerahkan kedua tamunya itu kepada mereka untuk mereka “pakai” Ibrani yada = mengetahui, berhubungan seksual =sodomi. Tetapi Lot melindungi mereka, bahkan dia sampai rela menawarkan dua anak perawannya kepada mereka sebagai pengganti dua orang asing tamunya itu. Ketika keadaan sudah genting, dua tamu itu menarik Lot ke dalam rumahnya, dan mereka membutakan mata orang banyak yang mau mendobrak pintu rumahnya itu sehingga mereka tidak bisa menemukan pintu masuk. Kisahnya berakhir dengan pemusnahan kedua kota ini dengan hujan api, dan hanya Lot beserta keluarganya diluputkan dari bencana ini. Tuhan melenyapkan kota Sodom dan Gomora karena kaum lelaki penduduknya mempraktekkan hubungan homoseksual. Dengan demikian Tuhan mengutuk dan menghukum segala jenis homoseksualitas yang merupakan suatu akibat lanjutan dari “kejatuhan” Adam dan Hawa sebagaimana dikisahkan dalam Kejadian 3. Dalam Perjanjian Baru Roma 126-27 “Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tidak wajar. Demikian juga suami-suamimeninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, lelaki dengan lelaki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka.” 1 Korintus 69-10 “Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.” 1 Timotius 19-10 “Yakni dengan keinsafan bahwa hukum Taurat itu bukanlah bagi orang yang benar, melainkan bagi orang durhaka dan orang lalim, bagi orang fasik dan orang berdosa, bagi orang duniawi dan yang tak beragama, bagi pembunuh bapa dan pembunuh ibu, bagi pembunuh pada umumnya, bagi orang cabul dan pemburit, bagi penculik, bagi pendusta, bagi orang makan sumpah dan seterusnya segala sesuatu yang bertentangan dengan ajaran sehat.” Yudas 17 “Sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang” Ayat-ayat tersebut di atas dengan sangat terus terang dan terbuka menjelaskan bahwa LGBT merupakan suatu dosa kekejian yang telah ada sejak zaman Abraham Kejadian 19, bahkan Allah telah mengingatkan bangsa Israel agar tidak melakukan dosa LGBT dihadapan Tuhan, bahkan orang-orang yang aktif melakukan LGBT tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Pandangan Alkitab Terhadap Orang LGBT Kejadian 1 26-27 “Berfirmanlah Allah Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’ Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya. Alkitab menuliskan bahwa Allah menempatkan manusia di dalam taman Eden dimana ditempatkan pohon kehidupan dan pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat Kejadian 28-9. Tuhan memberi perintah kepada manusia Adam untuk tidak memakan buah pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat Kejadian 216-17. Alkitab menuliskan bahwa manusia melanggar perintah Allah dengan memakan buah pengetahuan yang baik dan yang jahat Kejadian 3. Oleh karena ketidak taatan satu orang Adam semua orang telah menjadi orang berdosa Roma 512, 19. Akibat dari dosa Adam gambar dan rupa Allah telah rusak sehingga kecenderungan hati manusia selalu membuahkan kejahatan semata-mata Kejadian 65. Arminian mengajarkan doktrin dosa asal Dosa itu mempengaruhi keseluruhan dari keberadaan manusia; manusia terpisah dari semua kebaikan yang positif, dan terpisah dari anugerah Allah, manusia berbuat dosa jahat terus-menerus. Melalui dosa Adam, dosa dan kematian memasuki dunia. Maut sebagai upah dosa teraplikasi atas semua umat manusia, karena kondisi dari hati mendefinisikan status kerusakan manusia sebagai berikut “Semua orang dikandung dalam dosa, dan lahir sebagai anak-anak yang dimurkai, tidak melakukan segala kebaikan yang dapat menyelamatkan, menghasilkan yang jahat, mati dalam dosa, dan budak dari dosa”Sehubungan dengan itu Charles C. Ryrie menuliskan “Kerusakan total berarti a bahwa kerusakan terjadi dalam diri manusia dan meluas pada semua aspek dalam tabiat dan kemampuannya; b bahwa tidak ada sesuatu dalam diri manusia yang membuatnya layak untuk berhadapan dengan Allah yang benar.” Kejatuhan atau keberdosaan Adam mendatangkan akibat-akibat di dunia. Manusia telah jauh dari hidup persekutuan dengan Allah Efesus 418. Sekarang manusia tidak tahu tentang perkara-perkara Allah sebab manusia hanya berada di tingkat jasmani 1 Korintus 214. Bahkan akibat dari kejatuhan manusia ke dalam dosa berpengaruh terhadap hubungan pernikahan. Allah sendiri mengingatkan bangsa Israel agar setiap manusia tidak melanggar pernikahan manusia antara laki-laki dan perempuan, jika tidur’ atau melakukan selayaknya suami istri dengan sesama jenis kelamin atau dengan hewan, maka orang tersebut melakukan dosa kekejian di hadapan Tuhan Imamat 1822-23. Dari penjelasan diatas, segala bentuk perbuatan bahkan gerakan LGBT adalah dosa dan merupakan kekejian kepada Tuhan. Jelas bahwa perbuatan dan gerakan LGBT adalah pelanggaran terhadap kebenara Firman Tuhan. H. Orton Wiley, Christian Theology, Vol. 3 Kansas City, Mo Beacon Hill, 1952, 297-98 Paul Enns, The Moody Handbook of Theology 2, peny. Sri Lestarini dan Elisabeth Yuliasari, Pen. Rahmiati Tanudjaja Malang Literatur SAAT, 2004, 112. Charles C. Ryrie, Teologi Dasar 1, Yogyakarta ANDI, 2012, 324. Namun di dalam karya tulis ini penulis juga memberikan suatu pandangan terhadap orang yang LGBT ini. Di dalam Perjanjian Baru, menunjukkan bagaimana seharusnya paradigma orang Kristen terhadap orang yang LGBT. Alkitab secara tegas menunjukkan bahwa homoseksualitas adalah dosa, tetapi Alkitab tidak menyatakan bahwa para pelakunya bebas diperlakukan dalam ketidakadilan. Tuhan Yesus membeci semua dosa. Tuhan Yesus membenci dosa LGBT, sama seperti Dia membenci dosa-dosa yang lain seperti mencuri, berzinah, membunuh dan yang lainnya, tetapi Tuhan Yesus tetap mengasihi mereka yang terlibat di dalam-Nya yang penting orang tersebut ingin mengalami pengampunan dosa dan berpaling dari segala kesalahan yang lama. Tuhan mau para gay dan lesbian ini diperlakukan dalam terang kasih Ilahi, sehingga mereka dapat bertobat dan dipulihkan dari dosa LGBT. Penulis menekankan kekristenan membenci dan memusuhi dosa LGBT, tetapi mengasihi orang yang LGBT dalam kasih Kristus, sehingga mereka dapat dibawa kembali dari dosa-dosa itu dan disadarkan kepada kemurnian pernikahan. Meskipun LGBT berdosa dengan orientasi seksualitasnya, adalah tidak benar jika kita bebas melakukan tindakan kekerasan dan penganiayaan kepada mereka. Yang harus dilakukan adalah menyadarkan mereka dan membawa mereka kepada pertobatan di dalam Tuhan Yesus. Alkitab jelas menyebutkan bahwa homoseksualitas adalah dosa dan kekejian di mata Allah. Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka … kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki … Roma 124-27. Janganlah engkau tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, karena itu suatu kekejian. Imamat 1822 Bila seorang laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, jadi keduanya melakukan suatu kekejian … Imamat 2013, sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang. Namun demikian orang-orang yang bermimpi-mimpian ini juga mencemarkan tubuh mereka dan menghina kekuasaan Allah serta menghujat semua yang mulia di sorga Yudas 17-8 Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. 1 Korintus 69-10 Kata “banci” berasal dari teks Alkitab bahasa Yunani malakos. malakos yang artinya effeminate, of the passive partner in a same-sex relationship’adalah banci, mitra pasif dalam hubungan sesama jenis. Sedangkan “pemburit” berasal dari teks Alkitab bahasa Yunani avrsenokoi,thj arsenokoites yang artinya “one who engages in same-sex activity, sodomite, pederast” adalah orang yang ikut serta dalam aktivitas sesama jenis, sodomi, orang yang bersemburit. Jelas bahwa orang yang pasif, terlibat dan juga pelaku LGBT tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Tuhan tidak pernah menciptakan seseorang dengan keinginan LGBT. Alkitab memberitahu kita bahwa seseorang menjadi LGBT karena dosa Roma 124-27 dan pada akhirnya karena pilihan mereka sendiri mereka terlibat dengan dosa LGBT yang mendatangkan hukuman yang kekal. Seseorang mungkin dilahirkan dengan kecenderungan terhadap orientasi seksual yang berbeda, sama seperti orang dapat dilahirkan dengan kecenderungan kepada kekerasan dan dosa-dosa lainnya. Ini bukan merupakan dalih untuk hidup dalam dosa dengan mengikuti keinginan dosa mereka. Tetapi Alkitab tidak menggambarkan homoseksualitas sebagai dosa yang “lebih besar” dibanding dosa-dosa lainnya. Semua dosa adalah kekejian dan tidak menyenangkan Tuhan. LGBT hanyalah salah satu dari sekian banyak hal yang dicantumkan dalam 1 Korintus 69-10 yang menghalangi seseorang dari Kerajaan Allah. Menurut Alkitab, pengampunan Allah tersedia bagi kaum LGB, sama seperti bagi orang yang berzinah, penyembah berhala, pembunuh, pencuri dan lain-lain. Allah juga menjanjikan kekuatan untuk menang terhadap dosa, termasuk homoseksualitas, kepada setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus untuk keselamatan mereka. Gereja dan kekristenan harus membuat keputusan yang tegas. Jikalau Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa homoseksualitas adalah dosa, maka gereja pun juga tidak boleh memberikan izin bagi lembaga pernikahan sesama jenis. Ini bukan tentang hak asasi manusia, tetapi tentang otoritas tertinggi orang percaya, yaitu Alkitab sendiri. Gereja harus memperhatikan dengan seksama masalah LGBT ini secara jujur dan realistik dalam kasih dan pengertian. Tuhan jelas tidak menginginkan seorang pun terikat oleh homoseksualitas. Kasih karunia-Nya cukup untuk memberikan kemenangan untuk menaklukkan masalah ini kepada-Nya. Gereja perlu mengambil prakarsa memberitakan pesan yang menimbulkan harapan ini kepada kaum LGB. Adalah tidak benar jika gereja membiarkan saja atau bahkan mengacuhkan, meminggirkan, menghina dan menghakimi orang-orang yang bergumul dengan masalah ini. BibleWorks 7 Ibid., Gereja harus ambil bagian di dalam karya Tuhan Yesus Kristus untuk membawa pertobatan di kalangan LGBT ini. Konseling untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi dan menghindarkan dirinya dari setiap pergaulan dengan orang-orang yang LGBT serta menjauhkan segala bentuk gaya hidup LGBT sangat membantu untuk melepaskan orang tersebut dari gaya hidup LGB. Untuk menjadi orang Kristen cukup dengan Percaya Yesus, tetapi untuk menjadi murid Kristus kita harus membayar harga. Bahkan harga yang harus dibayar adalah kehidupan pribadi kita untuk memuliakan Tuhan. Alkitab menuliskan bahwa semua manusia telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah Akibat dari dosa manusia tidak dapat bersekutu dengan Allah, tetapi Allah berinisiatif untuk memulihkan persekutuan Allah dengan manusia. Allah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus untuk menyelamatkan manusia Yohanes 316 dan di dalam kematian-Nya, Yesus menjadikan manusia yang ada dalam Kristus sebagai ciptaan yang baru 2 Korintus 515,17. Untuk melakukan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya, Ia mau supaya kita hidup di dalamnya Efesus 210. KESIMPULAN Tuhan tidak pernah menciptakan seseorang dengan keinginan LGBT. Alkitab memberitahu kita bahwa seseorang menjadi LGBT karena dosa Roma 124-27 dan pada akhirnya karena pilihan mereka sendiri mereka mendapat hukuman yang kekal. Seseorang mungkin dilahirkan dengan kecenderungan terhadap orientasi seksual yang berbeda, sama seperti orang dapat dilahirkan dengan kecenderungan kepada kekerasan dan dosa-dosa lainnya. Ini bukan merupakan dalih untuk hidup dalam dosa dengan mengikuti keinginan dosa mereka. Tetapi Alkitab tidak menggambarkan homoseksualitas sebagai dosa yang “lebih besar” dibanding dosa-dosa lainnya. Semua dosa adalah kekejian dan tidak menyenangkan Tuhan. LGBT hanyalah salah satu dari sekian banyak hal yang dicantumkan dalam 1 Korintus 69-10 yang menghalangi seseorang dari Kerajaan Allah. Menurut Alkitab, pengampunan Allah tersedia bagi kaum LGB, sama seperti bagi orang yang berzinah, penyembah berhala, pembunuh, pencuri dan lain-lain. Allah juga menjanjikan kekuatan untuk menang terhadap dosa, termasuk homoseksualitas, kepada setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus untuk keselamatan mereka. Gereja perlu mengambil prakarsa memberitakan pesan yang menimbulkan harapan ini kepada kaum LGB. Adalah tidak benar jika gereja membiarkan saja atau bahkan mengacuhkan, meminggirkan, menghina dan menghakimi orang-orang yang bergumul dengan masalah ini. Gereja harus ambil bagian di dalam karya Tuhan Yesus Kristus untuk membawa pertobatan di kalangan LGBT ini. Konseling untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi dan menghindarkan dirinya dari setiap pergaulan dengan orang-orang yang LGBT serta menjauhkan segala bentuk gaya hidup LGBT sangat membantu untuk melepaskan orang tersebut dari gaya hidup LGB. Untuk menjadi orang Kristen cukup dengan Percaya Yesus, tetapi untuk menjadi murid Kristus kita harus membayar harga. Bahkan harga yang harus dibayar adalah kehidupan pribadi kita untuk memuliakan Tuhan. Alkitab menuliskan bahwa semua manusia telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah Akibat dari dosa manusia tidak dapat bersekutu dengan Allah, tetapi Allah berinisiatif untuk memulihkan persekutuan Allah dengan manusia. Allah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus untuk menyelamatkan manusia Yohanes 316 dan di dalam kematian-Nya, Yesus menjadikan manusia yang ada dalam Kristus sebagai ciptaan yang baru 2 Korintus 515,17. Untuk melakukan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya, Ia mau supaya kita hidup di dalamnya Efesus 210. BIODATA PENULIS NAMA CANDRA GUNAWAN MARISI, TEMPAT LAHIR PEMATANG SIANTAR TANGGAL LAHIR 12 DESEMBER 1984 PENDIDIKAN S1 TEOLOGI STII BATAM 2008 S2 TEOLOGI STT REAL BATAM 2015 MENGAJAR DOSEN TIDAK TETAP DI STTII BATAM 2009 – 2016 DOSEN TETAP DI STT REAL 2015 – SEKARANG GBI MY HOME KIJANG. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.
. 158 286 91 475 218 129 273 484